Selasa, 26 April 2011

HEBOH WABAH ULAT BULU


Serangan Ulat Bulu Meluas, 
Dinas Pertanian Bentuk Tim
Mojokerto (bertajatim.com) - Setelah ulat bulu ditemukan di area persawahan Desa Belahan Tengah, Kecamatan Mojosari dan perkarangan rumah Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, pengawasan penyebaran ulat bulu menjadi agenda baru Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto.


Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Agus M Anas mengatakan, Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto membentuk tim khusus untuk mengantisipasi penyebaran ulat bulu di Kabupaten Mojokerto. "Tim Dinas Pertanian ini akan dibantu dengan pihak kecamatan yang ada," ungkapnya, Kamis (21/04/2011).


Hal itu, masih lanjut Agus, sebagai persiapan tindakan cepat dan langkah antisipasi Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto terhadap perkembangan ulat bulu di Kabupaten Mojokerto. Termasuk, dengan cara menghimbau masyarakt untuk melakukan pengawasan ulat bulu.


"Masyarakat dihimbau segera melaporan ke Dinas Pertanian atau aparat setempat jika ditemukan ada ulat bulu di daerahnya. Sehingga bisa dilakukan tindakan cepat untuk mengantisipasi penyebaran ulat bulu agar tidak sampai meluas," tambahnya. [tin/kun]

DI SURABAYA
Serangan ulat bulu kian meluas saja. Kali ini ulat yang membikin kulit gatal itu sudah menyambangi Surabaya. Ulat bulu dilaporkan warga mulai terlihat di sebuah lahan kosong penuh tanaman liar di belakang rumah Santoso di Kalianak Timur gang Belakang, Kecamatan Krembangan.
"Saya tahunya ulat itu sudah masuk rumah lewat lubang angin kemarin sore. Jumlahnya banyak sekali bertebaran di lantai dan tembok. Lalu saya laporan ke ketua RT," kata Jono, pemilik rumah nomor 54 di Kalianak Timur gang Belakang, Kecamatan Krembangan, Surabaya, kepada detiksurabaya.com, Minggu (17/4/2011).

Rumah Jono memang berada di samping lahan kosong milik Santoso. Umar, pemilik rumah yang juga berada di samping lahan kosong melaporkan hal yang sama. Hanya saja Umar baru mengetahui adanya ulat yang masuk rumah pada pagi tadi sekitar pukul 06.00 WIB.

"Ulat itu banyak menempel di tembok. Saya pencet semua ulat itu samapi mati," ujar Umar.
Setelah mendapat laporan, ketua RT 02 RW 07, Yus Santoso, bersama warga lain segera mengecek lahan kosong tersebut. Benar saja, saat didatangi pagi tadi, terlihat ratusan hingga ribuan ulat bulu menempel di pohon mengkudu dan tanaman liar lain yang tumbuh subur.

Ratusan ulat lainnya berjalan di bawah diantara rerumputan. Dan sebagian lagi merambat di tembok warga. Ulat tersebut berwarna coklat berukuran sebesar jari kelingking hingga ibu jari orang dewasa. Bulu-bulu terlihat memenuhi sekujur tubuhnya.

Setelah lahan itu tersinari matahari, ribuan ulat yang tadinya aktif bergerak segera melindungi dirinya dari panasnya matahari. Mereka bersembunyi di bawah daun dan rimbunan rumput.
"Kami pun segera bertindak. Tanaman liar yang ada segera kami tebangi. Kami juga mengumpulkan ulat-ulat yang ada," tukas Yus.

Yus dan warga heran dengan fenomena yang tak pernah terjadi sebelumnya. Padahal di kawasan itu tidak ada pepohonan besar. Pepohonan yang semuanya telah ditebang untuk dijadikan tambak. Sebelumnya juga tak ada warga yang melihat kupu-kupu pembawa telur ulat bersliweran.

Yus sendiri sudah mencoba melaporkan hal itu ke Kelurahan Moro Krembangan tetapi belum mendapat tanggapan karena kantor kelurahan tutup hari Minggu. "Saya sudah menelepon kelurahan, tetapi tak ada yang mengangkat. Saya berharap ini segera ditangani agar tak meluas," tandas Yus.

Surabaya (beritajatim.com) –
Wabah ulat bulu yang menyerang beberapa kota, khususnya Jawa Timur membuat Pemerintah Kota Surabaya mulai bersiaga. Dengan berbekal surat edaran resmi, Walikota Surabaya memerintahkan para camat untuk menyosialisasikan penanggulangan wabah ulat bulu secara organik.

Penanggulangan yang disosialisasikan pemkot ini, tidak mengandung bahan kimia sama sekali. Ada tiga bahan berbeda yang diajarkan pemkot sebagai pembasmi ulat bulu.

Di antaranya adalah dengan menggunakan sari jahe. Untuk metode ini, diajarkan bahwa sari jahe atau air hasil perasan jahe digunakan sebagai media pembasmi hama. Kedua adalah dengan menggunakan bahan daun pepaya. Rasa pahit yang terkandung dalam daun pepaya dapat juga menjadi pembasmi hama ulat bulu. Sedangkan bahan yang ketiga cukup unik, yakni 'melawan ulat bulu dengan ulat bulu'.

Maksud dengan metode ketiga ini adalah memanfaatkan ulat bulu sendiri. Caranya mengambil sebagian hama ulat bulu, kemudian ditumbuk, serta diberi air, diendapkan selama dua hari. Air hasil olahan ulat bulu tersebut digunakan sebagai pestisida pembasmi wabah ulat bulu.

"Kita harus waspada, karena bisa saja wabah itu menyerang kota Surabaya. Tapi alangkah baiknya kita menggunakan pembasmi yang berbahan organik," ujar Risma beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, Risma juga menginstruksikan pelarangan penangkapan burung di wilayah kota Surabaya. Menurut Risma, habitat burung liar tersebut, dianggap mampu mengurangi wabah serangan ulat bulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar